Laman

Sabtu, 07 Mei 2011

05.01.2011 (May 1st, 2011)

05.01.2011 (May 1st, 2011)
Kemarin gue sangat merasa bahagia lebih memilih buat pergi ke rumah belajar Cimahi bareng anak-anak acara 2 GEMA ITB dibanding pergi ke gathering primadonna. Ya, daripada kumpul-kumpul cuma ngomongin lima cowok korea yang, gue yakin yang diomongin udah pernah gue denger dan hal-hal lain yang kalo dipikir-pikir ternyata wasting time walaupun asik, mendingan gue berpanas-panas ria naik kereta ke Cimahi, hampir disosor soang, dan berjalan melewati gang rumah penduduk. Ya, karena yang gue dapat disana jauh lebih bermanfaat :)
Rumah belajar Cimahi, yang lo pikir pertama kali apa? Rumah belajar yang ada di Cimahi? Ya iya, lah. Orang-orang, atau anak-anak yang duduk di meja dengan buku di atasnya, mereka memegang pulpen atau pensil dengan seorang guru menerangkan di depan papan tulis? Kalau yang ini, kalian salah. Di sini nggak ada meja sama sekali, gak ada papan tulis sama sekali. Disini hanya ada anak-anak jalanan yang memegang buku bekas, pensil yang ujungnya tumpul, beralaskan tikar, dan guru yang bahkan merekapun sebagian tidak menyandang sarjana pendidikan.
Anak-anak jalanan? Ya, anak-anak jalanan. Tidak seperti anak-anak jalanan di Bogor, anak-anak jalanan di sini, menurut gue terlihat jauh lebih menyeramkan. Bayangin aja,hampir seluruhnya dari mereka berpenampilan seperti anak punk. Mengingatkan gue waktu pulang konser KPA dan ternyata slank lagi manggung di Sabuga. Di jalan Tamansari udah penuh sama orang-orang berpenampilan punk. Sampe satpam kampus gue nganterin orang yang mau keluar naik angkot sendiri sampe tuh orang dapet angkotnya, dan mempersilakan pengendara motor yang mau keluar kalo yang mau keluar udah lebih dari lima motor. Dan saat itu gue akhirnya dianter sama temen gue. Mengingat kondisi waktu itu rawan banget.
Dan anak-anak yang berada di hadapan gue, mungkin versi masa muda dari orang-orang yang gue liat saat konser slank itu. Jujur, saat itu gue bener-bener takut liat mereka. Gue mempersilakan temen-temen gue buat masuk duluan. Tapi waktu liat reaksi dari sebagian anak yang liat kita datang, entah kenapa pikiran negatif gue tentang mereka sirna saat itu juga. Tau apa yang mereka lakukan? Mereka tersenyum bahagia saat kami datang, dan mendatangi kami untuk bersalaman, seperti anak-anak pada umumnya. Hanya saja mereka memang terlihat agak menakutkan.
Saat kami datang, anak-anak yang kira-kira mungkin seumur anak kelas empat sd sampai seumuran gue, lagi nyanyi-nyanyi lagu jalanan yang sering mereka nyanyikan. Sebagian besar dari mereka tersenyum bahagia saat menyanyikan lagu itu.
Rumah belajar Cimahi ini memang didirikan untuk mengajar anak jalanan. Pada hari itu kegiatan di rumah belajar Cimahi terlihat lebih ramai karena mereka kedatangan tamu dari rumah belajar Ciroyom. Staf pengajar dari rumah belajar Ciroyom terlihat lebih berpengalaman. Bayangin aja, waktu kenalan sama kakak-kakak dari rumah belajar Ciroyom, ada dua mahasiswa ITB. Yang satu meteorologi ’03, yang satu meteorologi ’05. Wah, senior gue semuaaaa~~ mungkin mereka lagi S2 kali ya :p
Nah, rumah belajar Cimahi ini diawasin sama kakak-kakak dari universitas tetangga yang berbasis pendidikan. Tau sendiri lah ya itu apa. Bukannya sombong sama universitas sendiri, kok. Soalnya kakak-kakak ini bener-bener tangguh menghadapi anak-anak ini. Sementara waktu itu, ada anak dari universitas gue yang kabur dan gak mau ngajar lagi. Dan waktu anak-anak acara 2 GEMA ITB ini dateng, kakak-kakak dari UPI ini seneng banget. Ya iya, lah. Anak-anak acara 2 yang dateng rombongan.
Nah, anak-anak yang belajar di sini nggak cuma belajar ngiting-ngitung atau pelajaran umum aja. Anak-anak acara 2 dateng kesana buat membagi pengalaman dan sedikit ilmu agama buat anak-anak jalanan ini. Dan gue teringat sama cerita salah satu temen gue yang emang anak acara 2, begini “Eh, masa gue dapet smsm dari kak Pipit (salah satu kakak-kakak yang ngajar di rumber Cimahi) isinya gini, ‘Alhamdulillah anak-anak udah mau shalat berjamaah. Tapi ada satu hal lucu, mereka shalat Magrib 4 rakaat, padahal harusnya 3 rakaat. Akhirnya mereka ngulang shalat mereka’” Subhanallah :’)
Subhanallah banget waktu liat mereka bergegas ke atas dan ngambil sarung dan berjalan ke arah masjid waktu adzan dzuhur berkumandang. Ya, walaupun sebelum berangkat mereka ngobrol-ngobrol dulu. Dan yang cewe-cewe mau bareng kita ke masjid sambil ngobrol di jalan dan ketawa-ketawa bareng.
Allah SWT memang Maha Benar. Tidak akan berubah suatu kaum kecuali mereka yang mengubahnya. Temen-temen acara 2 dan kakak-kakak dari UPI udah berusaha semampu mereka, memberikan ilmu kepada temen-temen yang kesehariannya sebagian besar dihabiskan di jalanan ini. Ya, tinggal mereka yang memilih, apakah mereka ingin berubah atau tidak. Dan subhanallah, mereka memilih jalan yang benar, untung saja :’)
Bukan mereka yang memilih untuk menjadi seorang pengamen jalanan. Bukan mereka yang memilih untuk menjadi anak yang setiap harinya makanpun susah, hingga mereka menahan lapar dengan nge-lem sampai tubuh mereka hanya dibalut kulit dan sulit lepas dari pengaruh nge-lem yang secara tidak langsung menjadi pengganti ganja bagi mereka. Mereka tidak tahu apa yang benar, mereka tidak tahu apa jalan yang seharusnya mereka ambil. Untuk itulah kita seharusnya ada. Membantu mereka. Bener-bener bangga banget sama kakak-kakak yang mau merelakan sebagian umurnya bersama mereka dan membagi ilmu kepada mereka dengan tujuan mulia.
Sekarang gue sadar, kehidupan gue dibanding mereka jauh lebih baik. Gue bisa sekolah dengan layak, bahkan sekarang gue berada di universitas yang dulu gue ragukan bisa masuk. Sementara anak-anak ini, mereka justru sibuk di jalanan, untuk makan saja sulit apalagi harus membayar uang untuk sekolah.
Untuk kawan-kawanku, masih ingatkah kalian dengan tri dharma perguruan tinggi? Salah satunya adalah pengabdian masyarakat. Kita di sini tidak hanya menuntut ilmu untuk diri kita sendiri. Ada orang lain yang membutuhkan ilmu yang telah kita dapat. Bangsa ini. Inilah tugas kita, kawan. Kitalah yang nanti akan menjalankan Negara ini, menggantikan para pemimpin saat ini. Jika kita tidak memanfaatkan masa-masa berharga kita di kuliah, baik di dalam maupun di luar kelas. Mungkin anak-anak yang kulihat kemarin akan semakin bertambah banyak.
Jika kita, para calon pemimpin bangsa, dapat mengamalkan seluruh ilmu kita dengan baik dan mengabdi kepada masyarakat, mungkin beberapa tahun ke depan, kita tidak akan lagi melihat anak-anak berpakaian kumuh di pinggir jalan, bernyanyi demi beberapa ratus perak. Mungkin tidak ada lagi orang-orang yang tidur beralaskan tanah dan beratapkan langit. Mungkin tidak ada lagi orang-orang yang mengeluh tentang kehidupannya yang serba kekurangan. Karena Negara kita sudah maju dan makmur :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar